Super Kawaii Cute Cat Kaoani

Minggu, 07 Juni 2015

COMMUNITY SERVICE 4

     Sebenarnya ini bukan kedatangan saya yang keempat, tapi sudah yang kesekian kalinya. Berhubung yang dikerjakan adalah tugas kelompok, maka saya memasukkan laporan yang di dalamnya dikerjakan bersama dengan anggota kelompok. Pertemuan ini lah yang akhirnya kami berangkat dengan anggota lengkap lagi, tanggal 21 May 2015. Kamis-kamis sebelumnya saya selalu datang bersama teman lain, berganti-ganti. Satu-persatu teman saya mendengar kegiatan yang saya lakukan di hari Kamis malam. Mereka merespon positif dan selalu saja ada yang ingin ikut membantu atau miniman menyumbangkan uangnya untuk dibelikan nasi bungkus di warteg terdekat. Alhamdulillah ...
     Pengalaman tanggal 21 May 2015 ini cukup berkesan, karena teman sekelompok saya yang notabenenya mayoritas perempuan ingin mencoba naik Jagur. Ya! Tengah Malam, dingin, naik Jagur brrrrrrr ... tapi sangat membahagiakan :D terlebih melihat wajah-wajah semangat mereka.


Gambar 1. Saya dan anggota kelompok di atas mobil Jagur

     Abaikan wajah cengo saya yang tidak mengetahui ada kamera yang sedang mengambil gambar. Lihat, betapa bahagiannya teman-teman saya diperbolehkan naik Jagur, ini pengalaman pertama mereka naik mobil bak. Lupa bahwa ini sudah larut malam dan sangat dingin, lupa juga bahwa banyak research yang harus kami kerjakan (kami jurusan psikologi).
     Hari itu, banyak sekali orang sakit di pinggir jalan. Ada balita yang kakinya tertusuk beling, ada seorang bapak yang luka besar tergores seng, ada ibu yang demam tinggi, dan banyak lainnya. Untungnya obat cukup banyak, dapat diberikan kepada mereka yang sakit dan membutuhkan. Walaupun kami tidak membawa betadine dan alkohol sehingga tidak tahu harus mengobati balita luka tadi dengan apa. Saya hanya menyarankan untuk sering sering dicuci dan dibersihkan, dan jangan diijinkan banyak bermain dulu karena balita tersebut lari-lari tanpa sendal. Terbayang wajah ibu saya yang selalu disamping menemani saat saya demam tinggi, tersedia selimut tebal dan kamar yang hangat untuk saya. Rasanya tak pernah ada kata cukup untuk membantu mereka di pinggir jalan, apa banyak orang yang lupa bahwa sesama manusia kita diwajibkan untuk saling berangkulan tolong-menolong?


Gambar 2. Bapak ini menyantap makan malam dengan sangat lahap

Program yang kami lakukan adalah program yang sangat banyak pembelajaran, dampak bagi saya pribadi terutama. Saya menjadi sadar bahwa segala yang saya miliki hari ini adalah nikmat yang sangat berlimpah dariNya. Untuk ke depannya, saya akan membawa banyak orang untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan komunitas berbagi nasi. Agar banyak lagi tangan yang tersedia untuk merangkul mereka-mereka yang membutuhkan. Komunitas berbagi nasi selalu merespon dengan sangat baik tiap kedatangan kami, mereka bahagia masih banyak mahasiswa yang mau turun ke lapangan melupakan sebentar saja dunia perkuliahan dan terjun langsung menimba ilmu di dunia yang sebenarnya. Terlalu banyak yang kami pelajari kamis malam bersama berbagi nasi. Semoga pembaca menjadi tergerak pula untuk bersama kami menyelesaikan masalah-masalah umum di pinggir jalan. Sekian dari saya, semoga bermanfaat.


Gambar 3. Beberapa dari kelompok kami, Asemka

Gambar 4. Kelompok kami, Kakak-kakak Komunitas Berbagi Nasi, dan pendatang-pendatang lain yang turut membantu

COMMUNITY SERVICE 3

     16 April 2015, hari ketiga saya mengikuti kegiatan komunitas berbagi nasi. Saya rasa, saya jatuh cinta dengan komunitas ini, berkali-kali melupakan rasa kantuk dan lelah berkegiatan sampai lewat tengah malam. Juga serasa lupa bahwa hari esok selalu ada kelas pagi yang menunggu. Tapi memang semua berlalu begitu saja karena rasa bahagia untuk berbagi lebih kentara bila dibandingkan dengan kantuk dan lelah yang menyerang.
     Tiap kedatangan saya beserta kelompok selalu mengundang teman lain untuk ikut bergabung dan berbagi. Mulai terasa, bukan lagi kewajiban menjalankan tugas yang sedang kami lakukan. Tetapi kewajiban sebagai manusia, untuk saling membantu dan menolong yang tiap kamis-kamis kami kerjakan.
     Kali ini saya akan menceritakan detail kegiatan rutin ini, yang pada tulisan-tulisan saya sebelumnya hanya menjabarkan yang umum saja. Biasanya kami berkumpul di spot sekitar jam 8 atau jam 9 malam, saling menunggu sampai siap berangkat. Lalu menghitung berapa banyak amunisi yang tersedia (ada saja amunisi-amunisi yang datang, sumbangan orang-orang), kemudian menyesuaikan jumlah amunisi dengan wilayah yang akan kami distribusikan nasi bungkus tersebut. Setelah dirasa anggota lengkap dan amunisi lengkap, kakak perkawilan dari berbagi nasi akan membuka acara dengan mempersilahkan pendatang baru untuk berkenalan satu-persatu. Diakhiri dengan pemberitahuan wilayah malam itu, serta doa dan meneriakkan motto yang sudah dibahas di tulisan saya sebelumnya. Bagi yang tidak membawa kendaraan akan ikut di mobil-mobil dan motor-motor yang membawanya. Hebatnya, baru berjalan 3 tahun berbagi nasi di jakarta komunitas ini sudah memiliki mobil oprasional yang dinamai Jagur. Jagur sejenis mobil bak terbuka yang biasanya menampung amunisi dan beberapa kakak-kakak (re: abang-abang). Baru kami siap berangkat dan membagikan nasi bungkus yang tersedia dari berbagai sumbangan. Membangunkan orang-orang yang sudah terlelap di pinggir jalan untuk sebentar saja mempersilahkan mereka mengisi perut lebih dahulu, semoga tidurnya semakin nyenyak setelahnya. Setelah amunisi habis, kami kembali berkumpul lagi di spot dan menutup acara. Biasanya ditutup dengan mempersilahkan pendatang baru untuk memberikan kesan dan pesan seperti yang kami lakukan pada pertemuan pertama.

Gambar 1. Salah satu rumah warga pinggir jalan yang kami temui

Gambar 2. Kak Gigit, salah satu koordinator komunitas Berbagi Nasi

Kak Gigit ini, salah satu seksi sibuknya Berbagi Nasi. Semoga yang di atas sana, membalas tiap tetes keringat yang Kak Gigit keluarkan demi misi mulia ini. Di belakang Kak Gigit ada mobil bak terbuka, itu Jagur. Banyak sekali kardus karena kebetulan banyak baju yang bisa kami bagikan untuk mereka yang membutuhkan. "Sedikit dari kami, berarti untuk mereka"

Sabtu, 06 Juni 2015

COMMUNITY SERVICE 2

     Menunggu dua minggu untuk kembali datang ke Sarinah itu rasanya seperti satu bulan. Mungkin memang karena saya pribadi, merasa sangat senang mengikuti kegiatan komunitas yang memiliki dampak besar. Pada pertemuan kedua ini lah saya baru tahu bahwa motto dari berbagi nasi adalah "Sedikit dari Kami, berarti untuk Mereka" setiap kali kami memulai acara dan mengakhirinya kami buka dan tutup dengan doa serta meneriakkan motto ini. Cukup memberikan arti yang mendalam pada kalimat motto tersebut.
     26 Maret 2015, karena sudah terlambat di hari pertama dan keliru spot berkumpul maka kami datang lebih cepat di kedatangan kedua. Oh ya, Kegiatan rutin yang kami ikuti dari program berbagi nasi hanyalah kegiatan di hari kamis, yaitu pendistribusian wilayah Jakarta Pusat.
Ada yang menarik perhatian saya Kamis itu, pertama amunisi (sebutan untuk nasi bungkus yang tersedia untuk dibagikan) yang sangat banyak berlabel rumah makan padang sederhana (oh wow, yang nyumbang dahsyat sekali ya...), kedua pendistribusian kami lakukan di area Manggarai (manjat jembatan pinggiran sungai, turun ke kolong jembatan penyebrangan di atas sungai, lihat kehidupan di atas besi-besi kolong jembatan penyebrangan sungai). Cukup mengerikan untuk orang-orang yang phobia ketinggian, phobia air, dan phobia gelap.

Gambar 1. di atas besi kolong jembatan penyebrangan atas sungai

Gambar 2. Bolongan antar besi ditutup pake triplek tipis yang sangat rapuh
Salah satu Ibu yang cukup welcome kepada kami di sana bercerita, bahwa 6 bulan sebelum kedatangan kami anaknya meninggal jatuh ke sungai. Bocah berumur 5 tahun itu tidak tertolong karena kondisi sungai yang saat itu cukup deras. Sudah dikejar oleh banyak bapak-bapak dan pemuda-pemuda penghuni besi-besi kolong jembatan, tapi tak banyak yang bisa dilakukan. Wajar anak tersebut jatuh, karena kami yang sudah cukup seimbang berjalanpun beberapa kali terpeleset berjalan di sana. Mendengar kisah memilukan itu, memberikan pelajaran baru lagi untuk saya. Betapa mudahnya hidup saya, tinggal di asrama dengan fasilitas lift bahkan satpam-satpam penjaga yang siap sedia 24jam. Sekali lagi saya tertampar dengan keadaan yang disuguhkan.
Mereka tetap mampu tertawa bahagia melihat bungkusan nasi hangat tengah malam yang kami bawakan, tanpa merasa harus menggerutu lauk apa yang mereka terima hari itu.

Gambar 3. Mahasiswa UI sedang mewawancarai "si Ibu welcome"
Pengalaman luar biasa malam itu, saya berjanji pada diri sendiri bahwa di luar tugas CB maupun kewajiban dari TFI saya akan melakukan kegiatan ini rutin setiap saya tidak ada jadwal penting apapun hari Kamis.

COMMUNITY SERVICE 1

     Sebelumnya, saya mencoba introduce mengapa judul tulisan kali ini adalah "community service". Pada perkuliahan semester 4 di Universitas Bina Nusantara saya dan teman seangkatan mendapatkan mata kuliah wajib CB (Character Building) : Interpersonal Development. Dosen kami memberikan tugas berkelanjutan untuk melakukan pelayanan masyarakat, yang pada akhirnya kelompok kami memiliki komunitas "Berbagi Nasi" untuk kami 'tumpangi' dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat. Kenapa saya sebut berkelanjutan, karena tugas ini minimal dilaksanakan 4x (tapi komunitas berbagi nasi bikin saya ketagihan buat dateng lagi dan lagi, hehehe).
     Tugas ini dimulai dengan menyerahkan proposal acara kepada dosen kelas kami, yang kemudian disetujui dan langsung saja kami tindaklanjuti di lapangan :D Awalnya Ocha (temen sekelompok saya), memperkenalkan salah satu temannya yang menjadi bagian dari komunitas tersebut (kak Nova). Waktu itu dapet respon positif dari kak Nova, dan kami sekelompok disuruh langsung dateng aja di spot berbagi nasi (Sarinah, samping KFC). Kita heran banget karena disuruh datengnya jam 8 malem, ternyata memang kegiatan ini adalah kegiatan bagi nasi untuk makan malam (juga dikarenakan jam segitu sudah selesai bekerja dan jalanan lebih lowong).
     12 Maret 2015, hari pertama kami ikut kegiatan komunitas, kami ditinggal :"( tapi karena belum tau spot kumpulnya. Ocha hanya memberitahukan kumpul di Sarinah. Sayangnya kami sekelompok janji bertemu di Mcd, padahal spot komunitas berbagi nasi ada di samping kfc, yak bye! Akhirnya kami menyusul ke lokasi pertama pendistribusian nasi bungkus, asemka, kota. Ternyata banyak sekali yang tinggal dan menetap di sana, di bawah kolong jembatan. Ada yang sakit minta obat, syukurnya komunitas berbagi nasi juga sedikit banyak menyediakan obat-obatan untuk yang memiliki penyakit-penyakit ringan.

Gambar 1. Kami juga membagikan baju layak pakai untuk yang membutuhkan
     Pengalaman pertama juga bagi beberapa teman dalam kelompok kami, untuk berbagi langsung dalam tindakan nyata kepada masyarakat. Saya pribadi merasa tertampar dengan fenomena yang saya temui malam itu, betapa kurang bersyukurnya saya selama ini sedih sedikit dan susah sedikit sering mengeluh. Lupa bahwa masih banyak sekali mereka yang bahkan untuk tidurpun harus meringkuk kedinginan beralaskan kardus dan beratap langit. Komunitas berbagi nasi menjadi komunitas yang hebat dipandangan saya, mampu bergerak tanpa memikirkan siapa yang seharusnya peduli dengan masyarakat terkantar itu tetapi dengan sigap mengeluarkan segala daya fisik maupun materi untuk berbagi sebanyak mungkin yang bisa kita berikan.

Gambar 2. Kami dan Ibu Aminah
     Ibu Aminah ini sudah sangat renta, menurut kakak-kakak anggota komunitas sudah beberapa kali Ibu Aminah minta pulang ke kampung. Tetapi sayang sekali, saat diantar ke kampunya Ibu Aminah tidak dapat menemukan keluarganya di sana sehingga dibawa lagi ke Jakarta. Itu yang tenda biru sederhana adalah rumah Ibu Aminah, kebayang ya dinginnya saat hujan turun :"(
     Tiba akhirnya kami kembali ke Sarinah, sekitar pukul 11 malam. Berhubung ini pengalaman pertama kami mengikuti kegiatan komunitas, budaya di berbagi nasi kami diminta untuk memberikan kesan dan pesan. Ya, kami merasa sangat bahagia bisa ikut membantu mengisi kosongnya perut masyarakat pinggir jalan serta merasa sangat sedih karena ternyata masih banyak sekali yang membutuhkan uluran tangan kita.