Sebelumnya, saya mencoba introduce mengapa judul tulisan kali ini adalah "community service". Pada perkuliahan semester 4 di Universitas Bina Nusantara saya dan teman seangkatan mendapatkan mata kuliah wajib CB (Character Building) : Interpersonal Development. Dosen kami memberikan tugas berkelanjutan untuk melakukan pelayanan masyarakat, yang pada akhirnya kelompok kami memiliki komunitas "Berbagi Nasi" untuk kami 'tumpangi' dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat. Kenapa saya sebut berkelanjutan, karena tugas ini minimal dilaksanakan 4x (tapi komunitas berbagi nasi bikin saya ketagihan buat dateng lagi dan lagi, hehehe).
Tugas ini dimulai dengan menyerahkan proposal acara kepada dosen kelas kami, yang kemudian disetujui dan langsung saja kami tindaklanjuti di lapangan :D Awalnya Ocha (temen sekelompok saya), memperkenalkan salah satu temannya yang menjadi bagian dari komunitas tersebut (kak Nova). Waktu itu dapet respon positif dari kak Nova, dan kami sekelompok disuruh langsung dateng aja di spot berbagi nasi (Sarinah, samping KFC). Kita heran banget karena disuruh datengnya jam 8 malem, ternyata memang kegiatan ini adalah kegiatan bagi nasi untuk makan malam (juga dikarenakan jam segitu sudah selesai bekerja dan jalanan lebih lowong).
12 Maret 2015, hari pertama kami ikut kegiatan komunitas, kami ditinggal :"( tapi karena belum tau spot kumpulnya. Ocha hanya memberitahukan kumpul di Sarinah. Sayangnya kami sekelompok janji bertemu di Mcd, padahal spot komunitas berbagi nasi ada di samping kfc, yak bye! Akhirnya kami menyusul ke lokasi pertama pendistribusian nasi bungkus, asemka, kota. Ternyata banyak sekali yang tinggal dan menetap di sana, di bawah kolong jembatan. Ada yang sakit minta obat, syukurnya komunitas berbagi nasi juga sedikit banyak menyediakan obat-obatan untuk yang memiliki penyakit-penyakit ringan.
Gambar 1. Kami juga membagikan baju layak pakai untuk yang membutuhkan |
Pengalaman pertama juga bagi beberapa teman dalam kelompok kami, untuk berbagi langsung dalam tindakan nyata kepada masyarakat. Saya pribadi merasa tertampar dengan fenomena yang saya temui malam itu, betapa kurang bersyukurnya saya selama ini sedih sedikit dan susah sedikit sering mengeluh. Lupa bahwa masih banyak sekali mereka yang bahkan untuk tidurpun harus meringkuk kedinginan beralaskan kardus dan beratap langit. Komunitas berbagi nasi menjadi komunitas yang hebat dipandangan saya, mampu bergerak tanpa memikirkan siapa yang seharusnya peduli dengan masyarakat terkantar itu tetapi dengan sigap mengeluarkan segala daya fisik maupun materi untuk berbagi sebanyak mungkin yang bisa kita berikan.
Gambar 2. Kami dan Ibu Aminah |
Ibu Aminah ini sudah sangat renta, menurut kakak-kakak anggota komunitas sudah beberapa kali Ibu Aminah minta pulang ke kampung. Tetapi sayang sekali, saat diantar ke kampunya Ibu Aminah tidak dapat menemukan keluarganya di sana sehingga dibawa lagi ke Jakarta. Itu yang tenda biru sederhana adalah rumah Ibu Aminah, kebayang ya dinginnya saat hujan turun :"(
Tiba akhirnya kami kembali ke Sarinah, sekitar pukul 11 malam. Berhubung ini pengalaman pertama kami mengikuti kegiatan komunitas, budaya di berbagi nasi kami diminta untuk memberikan kesan dan pesan. Ya, kami merasa sangat bahagia bisa ikut membantu mengisi kosongnya perut masyarakat pinggir jalan serta merasa sangat sedih karena ternyata masih banyak sekali yang membutuhkan uluran tangan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar