Perilaku kolektif adalah Perilaku yang relatif spontan dan tidak terstruktur dari sekelompok orang yang bereaksi terhadap pengaruh umum dalam situasi yang ambigu.
Munculnya
perspektif norma yaitu selama berlangsungnya episode perilaku kolektif,
definisi perilaku apa yang tepat atau yang tidak muncul dari banyak orang.
-
Mencerminkan keyakinan bersama yang dipegang oleh anggota kelompok.
Model
nilai tambah: menjelaskan seberapa besar kondisi sosial yang bertransformasi
dalam pola tertentu ke dalam beberapa bentuk perilaku kolektif :
-
kondusifitas struktural
-
regangan struktural
-
keyakinan Generalized
-
faktor pencetus
-
mobilisasi tindakan
-
latihan kontrol sosial
gambar 1. Bentuk dari perilaku kolektif |
Dalam perilaku kolektif,
seseorang atau sekelompok orang ingin melakukan perubahan sosial dalam
kelompoknya, institusinya, masyarakatnya. Tindakan kelompok ini ada yang
diorganisir, dan ada juga tindakan yang tidak diorganisir. Tindakan yang
terorganisir inilah yang kemudian banyak dikenal orang sebagai gerakan social (Social
Movement).
Perilaku kolektif yang berupa
gerakan sosial, seringkali muncul ketika dalam interaksi sosial itu terjadi
situasi yang tidak terstruktur, ambigious (ketaksaan/ membingungkan), dan tidak
stabil.
Reicher & Potter (1985)
mengidentifikasi adanya lima tipe kesalahan mendasar dalam psikologi tentang
kerumunan (perilaku massa) di masa lalu dan masa kini. Kesalahan-kesalahan itu,
meliputi yaitu: (1) abstraksi tentang episode kerumunan bersumber dari konflik
antar-kelompok, (2) kegagalan untuk menjelaskan proses dinamikanya, (3) terlalu
dibesar-besarkannya anonimitas keanggotaannya, (4) kegagalan memahami motif
anggota kerumunan, dan (5) selalu menekankan pada aspek negatif dari kerumunan.
Reicher (1987), Reicher &
Potter (1985) selama ini melihat adanya dua (2) bentuk bias dalam memandang
teori kerumunan (crowds) yaitu bias politik dan bias perspektif. Bias
politik terjadi karena teori kerumunan disusun sebagai usaha mempertahankan
tatanan sosial dari mob dan tindakan kerumunan selalu dipandang sebagai konflik
sosial. Sementara itu bias perspektif terjadi karena para ahli hanya berperan
sebagai orang luar (outsider) yang hanya mengamati masalah tersebut.
Akibatnya, terjadi kesalahan dalam memandang tindakan kerumunan secara objektif.
gambar 2. Kontribusi dari teori Social Movements |
Sumber :
1.) disarikan dari website binus, http://binusmaya.binus.ac.id pada 10 Juni 2014 pukul 22:00 WIB
2.) diunduh dari Blog Suryanto personal blog, http://suryanto.blog.unair.ac.id/2008/12/03/memahami-psikologi-massa-dan-penanganannya/ pada 10 Juni 2014 pukul 22:45 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar