Super Kawaii Cute Cat Kaoani

Minggu, 07 Juni 2015

COMMUNITY SERVICE 4

     Sebenarnya ini bukan kedatangan saya yang keempat, tapi sudah yang kesekian kalinya. Berhubung yang dikerjakan adalah tugas kelompok, maka saya memasukkan laporan yang di dalamnya dikerjakan bersama dengan anggota kelompok. Pertemuan ini lah yang akhirnya kami berangkat dengan anggota lengkap lagi, tanggal 21 May 2015. Kamis-kamis sebelumnya saya selalu datang bersama teman lain, berganti-ganti. Satu-persatu teman saya mendengar kegiatan yang saya lakukan di hari Kamis malam. Mereka merespon positif dan selalu saja ada yang ingin ikut membantu atau miniman menyumbangkan uangnya untuk dibelikan nasi bungkus di warteg terdekat. Alhamdulillah ...
     Pengalaman tanggal 21 May 2015 ini cukup berkesan, karena teman sekelompok saya yang notabenenya mayoritas perempuan ingin mencoba naik Jagur. Ya! Tengah Malam, dingin, naik Jagur brrrrrrr ... tapi sangat membahagiakan :D terlebih melihat wajah-wajah semangat mereka.


Gambar 1. Saya dan anggota kelompok di atas mobil Jagur

     Abaikan wajah cengo saya yang tidak mengetahui ada kamera yang sedang mengambil gambar. Lihat, betapa bahagiannya teman-teman saya diperbolehkan naik Jagur, ini pengalaman pertama mereka naik mobil bak. Lupa bahwa ini sudah larut malam dan sangat dingin, lupa juga bahwa banyak research yang harus kami kerjakan (kami jurusan psikologi).
     Hari itu, banyak sekali orang sakit di pinggir jalan. Ada balita yang kakinya tertusuk beling, ada seorang bapak yang luka besar tergores seng, ada ibu yang demam tinggi, dan banyak lainnya. Untungnya obat cukup banyak, dapat diberikan kepada mereka yang sakit dan membutuhkan. Walaupun kami tidak membawa betadine dan alkohol sehingga tidak tahu harus mengobati balita luka tadi dengan apa. Saya hanya menyarankan untuk sering sering dicuci dan dibersihkan, dan jangan diijinkan banyak bermain dulu karena balita tersebut lari-lari tanpa sendal. Terbayang wajah ibu saya yang selalu disamping menemani saat saya demam tinggi, tersedia selimut tebal dan kamar yang hangat untuk saya. Rasanya tak pernah ada kata cukup untuk membantu mereka di pinggir jalan, apa banyak orang yang lupa bahwa sesama manusia kita diwajibkan untuk saling berangkulan tolong-menolong?


Gambar 2. Bapak ini menyantap makan malam dengan sangat lahap

Program yang kami lakukan adalah program yang sangat banyak pembelajaran, dampak bagi saya pribadi terutama. Saya menjadi sadar bahwa segala yang saya miliki hari ini adalah nikmat yang sangat berlimpah dariNya. Untuk ke depannya, saya akan membawa banyak orang untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan komunitas berbagi nasi. Agar banyak lagi tangan yang tersedia untuk merangkul mereka-mereka yang membutuhkan. Komunitas berbagi nasi selalu merespon dengan sangat baik tiap kedatangan kami, mereka bahagia masih banyak mahasiswa yang mau turun ke lapangan melupakan sebentar saja dunia perkuliahan dan terjun langsung menimba ilmu di dunia yang sebenarnya. Terlalu banyak yang kami pelajari kamis malam bersama berbagi nasi. Semoga pembaca menjadi tergerak pula untuk bersama kami menyelesaikan masalah-masalah umum di pinggir jalan. Sekian dari saya, semoga bermanfaat.


Gambar 3. Beberapa dari kelompok kami, Asemka

Gambar 4. Kelompok kami, Kakak-kakak Komunitas Berbagi Nasi, dan pendatang-pendatang lain yang turut membantu

COMMUNITY SERVICE 3

     16 April 2015, hari ketiga saya mengikuti kegiatan komunitas berbagi nasi. Saya rasa, saya jatuh cinta dengan komunitas ini, berkali-kali melupakan rasa kantuk dan lelah berkegiatan sampai lewat tengah malam. Juga serasa lupa bahwa hari esok selalu ada kelas pagi yang menunggu. Tapi memang semua berlalu begitu saja karena rasa bahagia untuk berbagi lebih kentara bila dibandingkan dengan kantuk dan lelah yang menyerang.
     Tiap kedatangan saya beserta kelompok selalu mengundang teman lain untuk ikut bergabung dan berbagi. Mulai terasa, bukan lagi kewajiban menjalankan tugas yang sedang kami lakukan. Tetapi kewajiban sebagai manusia, untuk saling membantu dan menolong yang tiap kamis-kamis kami kerjakan.
     Kali ini saya akan menceritakan detail kegiatan rutin ini, yang pada tulisan-tulisan saya sebelumnya hanya menjabarkan yang umum saja. Biasanya kami berkumpul di spot sekitar jam 8 atau jam 9 malam, saling menunggu sampai siap berangkat. Lalu menghitung berapa banyak amunisi yang tersedia (ada saja amunisi-amunisi yang datang, sumbangan orang-orang), kemudian menyesuaikan jumlah amunisi dengan wilayah yang akan kami distribusikan nasi bungkus tersebut. Setelah dirasa anggota lengkap dan amunisi lengkap, kakak perkawilan dari berbagi nasi akan membuka acara dengan mempersilahkan pendatang baru untuk berkenalan satu-persatu. Diakhiri dengan pemberitahuan wilayah malam itu, serta doa dan meneriakkan motto yang sudah dibahas di tulisan saya sebelumnya. Bagi yang tidak membawa kendaraan akan ikut di mobil-mobil dan motor-motor yang membawanya. Hebatnya, baru berjalan 3 tahun berbagi nasi di jakarta komunitas ini sudah memiliki mobil oprasional yang dinamai Jagur. Jagur sejenis mobil bak terbuka yang biasanya menampung amunisi dan beberapa kakak-kakak (re: abang-abang). Baru kami siap berangkat dan membagikan nasi bungkus yang tersedia dari berbagai sumbangan. Membangunkan orang-orang yang sudah terlelap di pinggir jalan untuk sebentar saja mempersilahkan mereka mengisi perut lebih dahulu, semoga tidurnya semakin nyenyak setelahnya. Setelah amunisi habis, kami kembali berkumpul lagi di spot dan menutup acara. Biasanya ditutup dengan mempersilahkan pendatang baru untuk memberikan kesan dan pesan seperti yang kami lakukan pada pertemuan pertama.

Gambar 1. Salah satu rumah warga pinggir jalan yang kami temui

Gambar 2. Kak Gigit, salah satu koordinator komunitas Berbagi Nasi

Kak Gigit ini, salah satu seksi sibuknya Berbagi Nasi. Semoga yang di atas sana, membalas tiap tetes keringat yang Kak Gigit keluarkan demi misi mulia ini. Di belakang Kak Gigit ada mobil bak terbuka, itu Jagur. Banyak sekali kardus karena kebetulan banyak baju yang bisa kami bagikan untuk mereka yang membutuhkan. "Sedikit dari kami, berarti untuk mereka"

Sabtu, 06 Juni 2015

COMMUNITY SERVICE 2

     Menunggu dua minggu untuk kembali datang ke Sarinah itu rasanya seperti satu bulan. Mungkin memang karena saya pribadi, merasa sangat senang mengikuti kegiatan komunitas yang memiliki dampak besar. Pada pertemuan kedua ini lah saya baru tahu bahwa motto dari berbagi nasi adalah "Sedikit dari Kami, berarti untuk Mereka" setiap kali kami memulai acara dan mengakhirinya kami buka dan tutup dengan doa serta meneriakkan motto ini. Cukup memberikan arti yang mendalam pada kalimat motto tersebut.
     26 Maret 2015, karena sudah terlambat di hari pertama dan keliru spot berkumpul maka kami datang lebih cepat di kedatangan kedua. Oh ya, Kegiatan rutin yang kami ikuti dari program berbagi nasi hanyalah kegiatan di hari kamis, yaitu pendistribusian wilayah Jakarta Pusat.
Ada yang menarik perhatian saya Kamis itu, pertama amunisi (sebutan untuk nasi bungkus yang tersedia untuk dibagikan) yang sangat banyak berlabel rumah makan padang sederhana (oh wow, yang nyumbang dahsyat sekali ya...), kedua pendistribusian kami lakukan di area Manggarai (manjat jembatan pinggiran sungai, turun ke kolong jembatan penyebrangan di atas sungai, lihat kehidupan di atas besi-besi kolong jembatan penyebrangan sungai). Cukup mengerikan untuk orang-orang yang phobia ketinggian, phobia air, dan phobia gelap.

Gambar 1. di atas besi kolong jembatan penyebrangan atas sungai

Gambar 2. Bolongan antar besi ditutup pake triplek tipis yang sangat rapuh
Salah satu Ibu yang cukup welcome kepada kami di sana bercerita, bahwa 6 bulan sebelum kedatangan kami anaknya meninggal jatuh ke sungai. Bocah berumur 5 tahun itu tidak tertolong karena kondisi sungai yang saat itu cukup deras. Sudah dikejar oleh banyak bapak-bapak dan pemuda-pemuda penghuni besi-besi kolong jembatan, tapi tak banyak yang bisa dilakukan. Wajar anak tersebut jatuh, karena kami yang sudah cukup seimbang berjalanpun beberapa kali terpeleset berjalan di sana. Mendengar kisah memilukan itu, memberikan pelajaran baru lagi untuk saya. Betapa mudahnya hidup saya, tinggal di asrama dengan fasilitas lift bahkan satpam-satpam penjaga yang siap sedia 24jam. Sekali lagi saya tertampar dengan keadaan yang disuguhkan.
Mereka tetap mampu tertawa bahagia melihat bungkusan nasi hangat tengah malam yang kami bawakan, tanpa merasa harus menggerutu lauk apa yang mereka terima hari itu.

Gambar 3. Mahasiswa UI sedang mewawancarai "si Ibu welcome"
Pengalaman luar biasa malam itu, saya berjanji pada diri sendiri bahwa di luar tugas CB maupun kewajiban dari TFI saya akan melakukan kegiatan ini rutin setiap saya tidak ada jadwal penting apapun hari Kamis.

COMMUNITY SERVICE 1

     Sebelumnya, saya mencoba introduce mengapa judul tulisan kali ini adalah "community service". Pada perkuliahan semester 4 di Universitas Bina Nusantara saya dan teman seangkatan mendapatkan mata kuliah wajib CB (Character Building) : Interpersonal Development. Dosen kami memberikan tugas berkelanjutan untuk melakukan pelayanan masyarakat, yang pada akhirnya kelompok kami memiliki komunitas "Berbagi Nasi" untuk kami 'tumpangi' dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat. Kenapa saya sebut berkelanjutan, karena tugas ini minimal dilaksanakan 4x (tapi komunitas berbagi nasi bikin saya ketagihan buat dateng lagi dan lagi, hehehe).
     Tugas ini dimulai dengan menyerahkan proposal acara kepada dosen kelas kami, yang kemudian disetujui dan langsung saja kami tindaklanjuti di lapangan :D Awalnya Ocha (temen sekelompok saya), memperkenalkan salah satu temannya yang menjadi bagian dari komunitas tersebut (kak Nova). Waktu itu dapet respon positif dari kak Nova, dan kami sekelompok disuruh langsung dateng aja di spot berbagi nasi (Sarinah, samping KFC). Kita heran banget karena disuruh datengnya jam 8 malem, ternyata memang kegiatan ini adalah kegiatan bagi nasi untuk makan malam (juga dikarenakan jam segitu sudah selesai bekerja dan jalanan lebih lowong).
     12 Maret 2015, hari pertama kami ikut kegiatan komunitas, kami ditinggal :"( tapi karena belum tau spot kumpulnya. Ocha hanya memberitahukan kumpul di Sarinah. Sayangnya kami sekelompok janji bertemu di Mcd, padahal spot komunitas berbagi nasi ada di samping kfc, yak bye! Akhirnya kami menyusul ke lokasi pertama pendistribusian nasi bungkus, asemka, kota. Ternyata banyak sekali yang tinggal dan menetap di sana, di bawah kolong jembatan. Ada yang sakit minta obat, syukurnya komunitas berbagi nasi juga sedikit banyak menyediakan obat-obatan untuk yang memiliki penyakit-penyakit ringan.

Gambar 1. Kami juga membagikan baju layak pakai untuk yang membutuhkan
     Pengalaman pertama juga bagi beberapa teman dalam kelompok kami, untuk berbagi langsung dalam tindakan nyata kepada masyarakat. Saya pribadi merasa tertampar dengan fenomena yang saya temui malam itu, betapa kurang bersyukurnya saya selama ini sedih sedikit dan susah sedikit sering mengeluh. Lupa bahwa masih banyak sekali mereka yang bahkan untuk tidurpun harus meringkuk kedinginan beralaskan kardus dan beratap langit. Komunitas berbagi nasi menjadi komunitas yang hebat dipandangan saya, mampu bergerak tanpa memikirkan siapa yang seharusnya peduli dengan masyarakat terkantar itu tetapi dengan sigap mengeluarkan segala daya fisik maupun materi untuk berbagi sebanyak mungkin yang bisa kita berikan.

Gambar 2. Kami dan Ibu Aminah
     Ibu Aminah ini sudah sangat renta, menurut kakak-kakak anggota komunitas sudah beberapa kali Ibu Aminah minta pulang ke kampung. Tetapi sayang sekali, saat diantar ke kampunya Ibu Aminah tidak dapat menemukan keluarganya di sana sehingga dibawa lagi ke Jakarta. Itu yang tenda biru sederhana adalah rumah Ibu Aminah, kebayang ya dinginnya saat hujan turun :"(
     Tiba akhirnya kami kembali ke Sarinah, sekitar pukul 11 malam. Berhubung ini pengalaman pertama kami mengikuti kegiatan komunitas, budaya di berbagi nasi kami diminta untuk memberikan kesan dan pesan. Ya, kami merasa sangat bahagia bisa ikut membantu mengisi kosongnya perut masyarakat pinggir jalan serta merasa sangat sedih karena ternyata masih banyak sekali yang membutuhkan uluran tangan kita.

Rabu, 11 Juni 2014

Filsafat Manusia : Pengetahuan, Intelegensi, Afeksi, dan Kebebasan

Pengetahuan

Pengetahuan tidak bisa dipandang seperti memandang suatu objek, dan tidak dapat dijangkau oleh tangan manusia. Pengetahuan itu dikatakan indrawi lahir atau indrawi luar orang mencapainya secara langsung, melalui indera, pada setiap peristiwa yang mengelilinginya. Permasalahan kritis di sini adalah kompleksitas pengetahuan manusia yang sulit dijangkau secara lengkap, utuh, dan paripurna oleh budi manusia yang terbatas. 

Pengetahuan selanjutnya disebut perseptif, ketika sambil muncul secara spontan, pengetahuan membuat seseorang menyesuaikan diri dengan situasi yang ada, seperti gerakan, sikap, tingkah laku, dll. Ada juga yang disebut pengetahuan refleksif, ketika pengetahuan membuat objektif suatu kodrat dari realitas, seperti konsep, ide, simbol, mitos, dll.
 
Pengetahuan disebut juga diskursif, memperhatikan suatu aspek dari benda kemudian aspek lain. Pengetahuan dalam arti ini menjelaskan sebagai hubungan sebab-akibat, dari prinsip ke konsekuensi dan dari konsekuensi ke prinsip, dan sebagainya. Seterusnya, ada pula yang disebut pengetahuan intuitif, memahami secara langsung benda atau situasi dalam salah satu aspeknya, menyeluruh.

Pengetahuan itu adalah induktif, bila menarik yang universal dari yang individual, dan sebaliknya deduktif, bila menarik yang individual dari yang universal. Pengetahuan itu kontemplatif, bila mempertimbangkan benda-benda dalam dirinya. Pengetahuan itu disebut spekulatif, bila mempertimbangkan dalam bayangan-bayangan dan ide-ide. Praktis, kalau mempertimbangkan bagaimana mereka bisa digunakan. Pengetahuan itu sinergis, kalau merupakan akumulasi subjek

Istilah Inteligensi diambil dari kata intellectus dan kata kerja intellegere (bahasa Latin). Kata intellegere terdiri dari kata intus yang artinya dalam pikiran atau akal, dan kata legere yang berarti membaca atau menangkap. Kata intellegere dengan ini berarti membaca dalam pikiran atau akal segala hal dan menangkap artinya yang dalam.

Inteligensi adalah kegiatan dari suatu organisme dalam menyesuaikan diri dengan situasi-situasi, dengan menggunakan kombinasi fungsi-fungsi seperti persepsi, ingatan, konseptual, abstraksi, imajinasi, atensi, konsentrasi. Seleksi relasi, rencana, ekstrapolasi, prediksi, kontrol (pengendalian), memilih, mengarahkan. Berbeda dengan naluri, kebiasaan, adat istiadat, hafalan tanpa mempergunakan pikiran, tradisi. 

Pada tingkat intelek (pemahaman) yang lebih tinggi, inteligensi juga dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah-masalah (soal-soal kebingungan) dengan penggunaan pemikiran abstrak. Tingkat inteligensi yang lebih tinggi berisi unsur-unsur seperti simbolisasi dan komunikasi pemikir­an abstrak, analisis kritis, dan rekonstruksi untuk diterapkan pada kemungkinan-kemungkinan lebih lanjut atau pada situasi-situasi yang terkait, entah praktis atau teoretis (Lorens Bagus, 1996: 359).

Pengetahuan intelektif yang paling rendah atau yang paling sederhana adalah penglihatan atau penanggapan (persepsi). Tahap berikutnya ada­lah jenis pengetahuan yang muncul secara tiba-tiba tanpa kesadaran yang memadai, misalnya pada waktu sedang melamun. Kemudian aprehensi (penampakan) yaitu bentuk pengetahuan di mana sudah terdapat kesadaran, meskipun subjek menerima apa yang terjadi pada dirinya secara pasif tanpa diinginkannya. Heidegger dalam pandangan fenomenologi eksistensialnya antara lain menyebut kegiatan inteligensi ini sebagai sesuatu penerangan atau satu tindakan penyingkapan dan pemanifestasian (Bertens, 1987: 23). Tahap berikutnya adalah insight yang merupakan penangkapan intelektual secara mendadak mengenai objek. Melalui tahap ini inteligensi manusia tidak hanya menyadari secara pasif apa yang terjadi, tetapi berusaha untuk menangkap esensi pada peristiwa tertentu. Tahap pengetahuan yang semakin kompleks lagi adalah kegiatan bernalar yang bersifat diskursif. Istilah diskursif dari kata di-curres artinya berlari ke berbagai arah melalui induksi, deduksi, refleksi, subjektif-objektif, dan sebagainya (Leahy, 1993: 132). Tahap selanjutnya adalah tahap keputusan sebagai keyakinan akan kebenaran atau kesalahan dari hasil penyelidikan tertentu. Putusan ini lebih bersifat reflektif, sebab penguatan atau afirmasi yang diberikan sungguh-sungguh didasarkan pada landasan yang bisa dipertanggungjawabkan. Putusan ini juga lebih bersifat pasti karena pelakunya mengetahui bahwa ia tahu, bukan hanya kurang lebih dari itu.

Afektif

Manusia bukan saja memiliki kemampuan kognitif-intelektual, tetapi juga afektivitas. Jelasnya, di samping pengetahuan, afektivitas juga membuat manusia berada secara aktif dalam dunianya serta berpartisipasi dengan orang lain dan dengan peristiwa-peristiwa dunianya. 

Melalui peranan afektivitaslah, manusia tergerakkan hatinya, keinginannya, dan perasaannya atau ketertarikannya untuk mengamati, mempelajari, dan mengembangkan pengada-pengada aktual di sekitarnya menjadi bagian dari proses keberadaannya. Afektivitas tidak sama dengan pengetahuan, namun menjadi penggerak sekaligus akibat dari proses pengetahuan manusia dalam arti penerapannya.

Jangan cepat membuat dikotomi mengenai pengetahuan dan afektivitas. Karena kemungkinan pengetahuan tertentu hanya tercapai melalui perasaan. Pengetahuan eksistensial mempunyai sifat sebagai kepastian bebas dan memberi alasan untuk percaya bahwa kebebasan manusia tidak pernah absen dari penegasan intelektual mengenai adanya afektivitas dalam alam pengetahuannya. Cinta (disebut afektivitas positif) atau benci (disebut afektivitas negatif) dapat menjadi dasar penentuan bagi suatu tindakan kognitif. 

Afektivitas bukan hanya tindakan ke arah kebutuhan selera, kecenderungan. atau apa yang jasmaniah saja. tetapi juga spiritual dan intelektual atau intelligible. Afektivitas adalah satu dari unsur-unsur pokok naluriah dari manusia. 

Perbuatan afektif mengarahkan manusia untuk membuatnya berada lebih intensif bersama dengan hal lain, bersifat eksistensial. Pengalaman-pengalaman afektivitas justru menjadi syarat yang sangat menentukan bagi proses inteligensi manusia.

Jadi, untuk mencapai afektivitas, subjek harus berada dalam kondisi dimana subjek akan melahirkan kegiatan afektif. Adapun kondisi-kondisi tersebut ialah: 
Pertama, antara subjek dan objek harus ada ikatan kesamaan atau kesatuan itu sendiri, karena ketika tidak ada kesamaan maka tidak akan ada afektivitas. Sebagai contoh ketika kita berhubungan dengan sebuah objek maka dalam diri objek terdapat sesuatu yang membuat kita tertarik atau menjauhinya, sesuatu yang ada pada diri objek pasti juga ada dalam diri subjek yang akhirnya akan menimbulkan kegiatan afektif baik menerima atau menolak.
Kedua, nilai (baik dan buruk), dalam kondisi ini, ketika objek dipandang memiliki sebuah nilai maka subjek akan melahirkan kegiatan afektif, karena afektivitas itu sendiri adalah berdasar pada kecintaan akan sesuatu maka subjek pada akhirnya akan melahirkan kegiatan afektif untuk menolak atau menerima.
Ketiga, sifat dasariah dan kecenderungan kognitif, pada kondisi ini subjek akan dalam melakukan sebuah afektif harus ditunjang dengan sebuah sifat dasariah yang akan mendorong dia untuk lebih cenderung, selera, berkeinginan akan sesuatu yang pada akhirnya akan menimbulkan kegiatan afektif yang ternyata memang sesuai dengan sifat dasariah tersebut.
Keempat, mengenal adalah kausa dari afektivitas. Dalam proses mengenal subjek akan mengalami kondisi dimana dia harus berusaha mendefinisikan objek yang akan dikenalinya dan ketika definisi tentang objek tersebut telah tercapai maka pada akhirnya akan lahir sebuah keputusan afektif apakah dia harus menyerang, mencintai, mempertahankan diri atau yang lainnya.
Kelima, imajinasi. Untuk menimbulkan kegiatan afektif maka imajinasi dapat menjadi sebuah pendorong, semangat, mempengaruhi bahkan membohongi. Pengetahuan pertama (baik dari pengalaman atau informasi dari pengenalan) akan melahirkan sebuah deskripsi awal tentang objek, maka dalam kondisi ini subjek akan dipengaruhi untuk bertindak seperti apa yang ia dapat pada pengalaman-pengalaman dan imajinasi yang dia dapatkan terdahulu.

Kebebasan

Manusia merealisasikan dirinya secara penuh jika bebas.  Gagasan kebebasan semacam ini selalu aktual dalam hidup manusia selain karena kebebasan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari diri manusia, juga karena kebebasan itu dalam kenyataannya merupakan suatu yang bersifat "fragile". Manusia adalah makhluk yang bebas, namun sekaligus manusia adalah makhluk yang harus senantiasa memperjuangkan kebebasannya. 

Arti dan makna kebebasan pada jaman sekarang tidak bisa disempitkan hanya pada pengertian kebebasan dalam masyarakat kuno. Pada jaman penjajahan kebebasan mungkin lebih diartikan sebagai keadaan terlepas dari penindasan oleh penjajah. Namun pada masyarakat modern, di mana bentuk penjajahan terhadap kebebasan juga semakin berkembang, misalnya dengan adanya gerakan modernisasi dan industrialisasi yang membawa perubahan yang radikal pada cara berpikir manusia, arti kebebasan juga mempunyai makna yang lebih luas. Kebebasan pada jaman sekarang bukan hanya berarti sekedar terbebas dari keadaan terjajah, namun mungkin lebih berarti bebas untuk mengaktualkan diri di tengah-tengah perkembangan jaman ini.

Manusia yang bebas adalah manusia yang memilih sendiri perbuatannya. Kebebasan adalah suatu kondisi tiadanya paksaan pada aktivitas saya. Manusia disebut bebas kalau dia sungguh-sungguh mengambil inisiatif dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Hal itu juga berarti bahwa kebebasan mempunyai kaitan dengan kemampuan internal definitif penentuan diri, pengendalian diri, pengaturan diri dan pengarahan diri. 

“Freedom is self-determination” Berdasarkan pengertian itu dapat dikatakan bahwa kebebasan merupakan sesuatu sifat atau ciri khas perbuatan dan kelakuan yang hanya terdapat dalam manusia dan bukan pada binatang atau benda-benda. Kebebesan sejati hanya terdapat di dalam diri manusia karena di dalam diri manusia ada akal budi dan kehendak bebas. Kebebasan sebagai penentuan diri mengandaikan peran akal budi dan kehendak bebas manusia.

Secara ringkas Louis Leahy membedakan tiga macam atau bentuk kebebasan, yaitu kebebasan fisik, kebebasan moral dan kebebasan psikologis.

Sumber :

disarikan dari website binus, materi Human Philosophical Reflections 2: Knowledge, Intelligence, Affection, and Freedom http://binusmaya.binus.ac.id pada 11 Juni 2014 pukul 21:00 WIB

Perspektif-perspektif Sosiologis


Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan dan Logos yang berarti ilmu pengetahuan. Sosiologi adalah Studi ilmiah perilaku sosial dalam kelompok manusia, sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat berfokus pada bagaimana hubungan mempengaruhi sikap serta perilaku masyarakat dan bagaimana masyarakat berkembang dan berubah.

Manusia menjadi social melalui 4 cara (Charon, 1980):

1. Manusia adalah makhluk tersosialisasi manusia saling berhubungan dengan manusia lainnya.
2. Manusia adalah aktor sosial, manusia berlakon bagi sesamanya dan bisa mempengaruhi komunitasnya.
3. Manusia membentuk pola dan struktur sosial.
4. Manusia bergantung satu sama lain untuk dapat bertahan.


gambar 1. Tokoh Sosiologi


Perspektif Besar Dalam Sosiologi

1. Perspektif Evolusi
Evolusi itu sendiri diartikan sebagai perubahan sehingga jika dikaitkan dengan sosiologi yaitu menitik beratkan pada pola perubahan masyrakat dalam kehidupannya.Perpektif evolusi merupakan pandangan teoritis yang paling awal dalam sosiologi. Pandangan seperti ini didasarkan pada karya Auguste Comte, Herbert Spencer, dan Ibnu Khaldun. Para tokoh ini melihat pada pola perubahan dalam masyarakat. Mereka mengkaji masyarakat dengan menitikberatkan pada evolusinya.

2. Perspektif Interaksionis atau simbolik
Pandangan ini mengkaji masyarakat dari interaksi simbolik yang terjadi di antara individu dan kelompok masyarakat. Tokoh yang menganut pandangan interaksionis misalnya G.H Mead dan C. H Cooley. Mereka berpendapat bahwa interaksi manusia berlangsung melalui serangkaian simbol yang mencakup gerakan, tulisan, ucapan, gerakan tubuh, dan lain sebagainya. Pandangan ini lebih mengarah pada studi individual atau kelompok kecil dalam suatu masyarakat, bukan pada kelompok-kelompok besar atau institusi sosial.

3. Perspektif structural Fungsional
Dalam perspektif ini, masyarakat dianggap sebagai sebuah jaringan teroganisir yang masing-masing mempunyai fungsi. Institusi sosial dalam masyarkaat mempunyai fungsi dan peran masing-masing yang saling mendukung. Masyarakat dianggap sebagai sebuah sistem stabil yang cenderung mengarah pada keseimbangan dan mejaga keharmonisan sistem. Pandangan ini banyak dianut intelektual Orde Baru dalam mendukung kekuasaan pemerintah.

4. Perspektif Konflik
Pendekatan ini terutama didasarkan pada pemikiran Karl Marx. Teori konflik melihat masyarakat berada dalam konflik yang terus-menerus di atara kelompok atau kelas. Dalam pandangan teori konflik masyarakat diakuasai oleh sebagian kelompok atau orang yang mempunyai kekuasaan dominan. Selain Marx dan Hegel tokoh lain dalam pendekatan konflik adalah Lews Coser.

Referensi :

1.) disarikan dari website binus, http:://binusmaya.binus.ac.id pada 11 Juni 2014 pukul 19:07 WIB
2.) diunduh dari blog Soraya Purnamasari, http://ochaa-bachsin.blogspot.com/ pada 11 Juni 2014 pukul 19:20 WIB
3.) gambar diunduh dari blog Komang Prema, http://ochaa-bachsin.blogspot.com/ pada 11 Juni 2014 pukul 19:23 WIB