Antropologi berasal dari kata anthropos, yang berarti manusia, dan logos yang berarti ilmu. Menurut Haviland (1994;7) antropologi adalah sebuah studi tentang setiap manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap, mengenai keanekaragaman manusia.
Filsuf awal yang melakukan penelitian terkait antropologi
berasal dari Yunani, seperti Herodotus (500 SM), Aristoteles (400
SM), dan Strabo (100 SM). Dalam era sebelum masehi, filsuf Romawi Lucretius memberi kontribusi signifikan pada antropologi. Sementara pada era setelah masehi, filsuf seperti Tacitus, Aquinas,
dan Polo adalah orang-orang yang memberi kontribusi signifikan pada
antropologi. Sejarawan sering mengklaim bahwa antropologi sebagai suatu disiplin ilmu mulai berkembang selama periode Renaissance. Antropologi berkembang dari disiplin ilmu lain seperti ilmu sosial dan budaya, arkeologi, sosiologi, dan sejarah.
Istilah ‘antropologi’ diciptakan di Jerman pada abad ke-16 oleh profesor universitas Jerman. Beberapa cendekiawan yang mencoba membedakan antropologi sebagai
cabang keilmuan tersendiri adalah Michel de Montaigne, Jean Bodin,
Blaise Pascal, dan Rene Descartes, yang semuanya merupakan orang
Perancis. Dua cendekiawan Inggris yang juga memberikan kontribusi pada antropologi adalah John Locke dan David Hume. Filsuf Jerman, Immanuel Kant, dan filsuf Belanda, Baruch Spinoza, dianggap sebagai bapak antropologi awal. Sedangkan karya revolusioner dalam antropologi ditulis oleh Charles Darwin. Dia menulis ‘The Voyage of the Beagle’ yang diterbitkan pada tahun
1845 dan ‘On the Origin of Species’ yang terbit pada tahun 1859. Publikasi penting lain terkait antropologi ditulis oleh naturalis Perancis, Georges Buffon, berjudul ‘Histoire Naturelle’. ‘Histoire Naturelle’ adalah sebuah ensiklopedia di mana 2 dari total 44 volume didedikasikan untuk antropologi. Antropologi modern sangat dipengaruhi oleh karya-karya antropolog budaya Amerika, Margaret Mead, selama pertengahan abad ke-20.
Cabang-cabang Antropologi
1. Antropologi Budaya
Budaya amat penting dan tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Budaya merupakan kumpulan keseluruhan pengetahuan, moral, tradisi, seni,
dan adat istiadat yang kita pelajari sebagai bagian dari masyarakat. Budaya diteruskan dari generasi ke genaresi melalui kata-kata dan simbol. Antropologi budaya berfokus pada upaya memahami logika di balik norma-norma budaya. Cabang antropologi ini mendasarkan pada filosofi bahwa tidak ada praktek tradisi atau budaya yang salah. Sebagai contoh, melukai tubuh hingga timbul jaringan parut mungkin tampak aneh bagi kita. Namun bagi suku-suku di Afrika, ritual ini merupakan praktik yang relevan bahkan memiliki arti penting. Antropologi budaya dapat mempelajari masyarakat terasing yang tinggal
di tengah hutan, atau berkonsentrasi pada segmen tertentu dari
masyarakat modern seperti sektor korporasi, buruh, atau penghuni kawasan
kumuh.
2. Antropologi Linguistik
Bahasa merupakan agen penting dari transmisi budaya. Hanya manusia yang memiliki keunggulan bahasa yang tidak dimiliki oleh spesies lain. Antropologi linguistik berupaya memahami asal-usul dan evolusi bahasa dan tradisi lisan berbagai mayarakat dunia. Lingkup cabang keilmuan ini mencakup masa prasejarah untuk menemukan
hubungan antar budaya dan mengeksplorasi makna dari konsep verbal untuk
kemudian menghubungkannya dengan masa kekinian.
Selain mempelajari bahasa dalam aspek budaya, antropologi linguistik juga berusaha memahami implikasi biologis dari bahasa. Hal ini melibatkan studi pada perubahan otak dan tubuh yang
memungkinkan manusia mengatur suara yang kemudian berkembang menjadi
bahasa.
3. Arkeologi
Arkeologi berkaitan dengan usaha mempelajari sisa-sisa fisik dari suatu budaya masa lalu. Manusia meninggalkan petunjuk tentang cara hidup mereka tidak hanya
dalam kata-kata dan huruf, tetapi juga dalam bentuk materi fisik seperti
bangunan, monumen, prasasti, alat-alat, dan pemakaman. Semua peninggalan ini mengungkapkan informasi penting tentang keyakinan dan tradisi dari sebuah peradaban. Misalnya, lukisan di dinding makam berpotensi menjelaskan status orang yang dimakamkan di sana. Selain itu, mempelajari situs pemakaman dapat membantu para arkeolog memahami keyakinan agama dari masyarakat tertentu.
4. Antropologi Biologi
Antropologi biologi, juga dikenal sebagai antropologi fisik,
berkaitan dengan upaya menelusuri asal-usul biologis, perubahan
evolusioner, dan keragaman genetik spesies manusia. Dalam prosesnya, antropologi biologi mempelajari pula perilaku
primata dan variasi anatomi antara primata dan manusia untuk memahami
perubahan fisik yang terjadi akibat proses evolusi. Antropologi biologi bahkan mencakup upaya analisis genetik dan studi
antropometrik untuk menemukan alasan di balik perbedaan fisik antara
orang-orang dari kelompok yang berbeda.
Cabang Lain Antropologi
Selain cabang-cabang utama diatas, antropologi juga memiliki cabang
lain seperti antropologi forensik, antropologi medis, dan antropologi
ekologi. Meskipun setiap cabang antropologi adalah bidang studi khusus, semuanya sebenarnya saling terkait.
referensi :
http://www.amazine.co/22235/ilmu-tentang-manusia-ketahui-4-cabang-antropologi/
http://www.amazine.co/22246/sejarah-antropologi-dari-aristoteles-hingga-margaret-mead/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar